Hari Pertama: Lebih Baik Tak Kenal dan Tak Sayang
Semoga wan-kawan berkenan membaca tulisan saya ini. Sebelumnya saya akan mengutarakan alasan saya membuat tulisan ini. Pertama, saya membuat tulisan ini karena sedang gabut, kurang kerjaan, dan sedang embuh. Kedua, tulisan ini tidak harus dibaca karena bisa jadi berisi tulisan yang tidak bermanfaat dan terdapat othak-athik gathuk yang sama sekali tidak masuk. Selamat membaca. Ketiga, tulisan ini tentu acak-acakan karena saya tidak menulis dengan komputer dan tidak dibayar, mangkanya saya males mengoreksi. Bhahaha.
Jumat, 23 Juli 2021. Saya, ibu, bapak, dan adik, terlalu kompak merasakan tidak enak badan. Sakit lebih tepatnya. Kami berempat merasakan gejala yang berbeda. Saya merasakan batuk, (kadang) pilek, dan tidak bisa membau. Ibu merasakan agak flu, tapi berasa sudah mau sembuh. Bapak merasakan pating greges, batuk, pilek, dan tidak bisa membau. Adik saya merasakan batuk, pilek, tapi indera penciumannya normal.
Singkat cerita, kami tes antigen. Ada yang menyebut itu swab antigen, ada yang menyebut rapid antigen. Entah penyebutan apa yang betul. Yang jelas, tes itu yang kelak berguna bagi kami. Berguna untuk mengambil tindakan selanjutnya.
Hidung kami berempat dicolok-colok. Rasanya seperti kalau kita, maaf, ngupil tapi kebabalasan. Keluarlah air mata kita. Ternyata eh ternyata, saya positif, bapak positif, dan adik saya positif. Ibu yang hasilnya negatif. Kami berembuk. Ibu memutuskan tetap tinggal serumah dengan kami. Dokter mengiyakan, tetapi dengan prokes. Kami tentu menurut. Oh iya, terkait kondisi kami, kami umumkan lewat media sosial supaya orang-orang yang kami sayangi tidak diajak berkenalan oleh Corona.
Saya dan keluarga terpaksa mengenal makhluk renik tak kasat mata yang mirip dhemit ini.
Alhamdulillah, hari ini kami terpaksa berkenalan dengan Corona. Ada pepatah tak kenal maka tak sayang, saya memilih tidak kenal dan tidak sayang, kowe, buosss wkwk. Nesu nek arep nesu. Bennnn. Po tak pikir, Cor, Cor.
Konon mengapa "Corona" diberi nama "Corona" karena dilihat dari akar katanya "cor" dan "rona". "Cor" artinya tuang, dan "rona" artinya warna. Jadi, Corona artinya bagi yang terkena olehnya, hidupnya harus dibikin berwarna dengan tertawa dan bahagia.
Duwe jeneng apik-apik kok tetep aja bikin susah. Hadeh.
Itu saja tulisan tidak bermutu hari ini. Alhamdulillah kami selesai isolasi hari pertama. Doakan kami agar segera pulih dan dapat beraktivitas kembali, ya.
Comments
Post a Comment